All Yours

raine.
6 min readJun 15, 2023

--

Yoongi bahkan belum sempat menyapanya. Yoongi bahkan masih sibuk mencerna kalimat terakhir yang Yijeong kirimkan untuknya, lalu bel pintu kamar hotelnya berbunyi, pertanda lelaki itu sudah berada di sana. Langkah kakinya berderap laju, tak mempedulikan kondisinya yang sebenarnya masih sedikit lemah akibat kondisi fisiknya yang sedang menurun karena lelah. Namun Yoongi tak peduli.

Yijeong di sana. Yijeong-nya di sana.

Raut wajah khawatir tampak jelas pada wajah tampan Jang Yijeong yang teramat dirindukannya. Senyumnya merekah, meski masih ada rasa tak nyaman yang bersarang di dalam dirinya.

“Hi, sayang?”

Yijeong tak menjawab sapaannya. Tubuh lelaki itu dengan cepat menghambur ke dalam pelukan Yoongi, merengkuh erat tubuh lelaki yang sejak kemarin tak dihiraukannya karena rasa cemburu.

“I thought that you’re not coming here…” ucap Yoongi pelan, “Aku udah kepikiran buat batalin konser dengan alasan sakit, terus pulang peluk kamu sampe kamu ngga marah lagi...”

“Aku di sini, Gi. Aku di sini sama kamu.”

Yijeong mengeratkan tautan tangannya pada pinggang Yoongi, “Maaf, maafin aku…” bisik Yijeong dengan suara lirihnya karena rasa bersalah yang membumbung tinggi.

“Kamu ngga ada salah apa-apa, sayang. Kenapa minta maaf?” tanya Yoongi lembut seraya membelai surai halus rambut Yijeong di pelukannya, “Aku yang minta maaf udah sampe bikin kamu kepikiran.”

“Enggak, aku yang salah. Kaya bocah aja cemburunya sampe begitu. Sampe cuekin kamu, sampe ga tau dan ga sadar kalo kamu sakit.”

“I feel better now, you are here with me and that’s all I need,” Yoongi lalu menarik diri dari pelukannya, menatap kedua mata Yijeong yang terlihat sedih, “Aku gapapa, cuma drop sedikit. Tapi sekarang udah okay, kamu ada di sini.”

Yijeong kembali merapatkan tubuhnya, kembali menarik tubuh Yoongi untuk masuk ke dalam pelukannya. Rasa hangat yang Yijeong hantarkan itu benar-benar membuat seisi tubuh Yoongi menghangat, membaik seketika seperti tak pernah jatuh sakit.

“Cepet sembuh…” bisik Yijeong yang membenamkan wajahnya pada ceruk leher Yoongi, tak melepaskan pelukannya pada sang kekasih.

“Kalo dicium pacar kayanya langsung sembuh deh,” goda Yoongi pada Yijeong sembari mengusap lembut kepala lelakinya, “Obat paling ampuh tuh, aku ngga bakal sakit lagi kayanya abis dicium kam — “

Cup!

Yoongi mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebuah ciuman manis yang Yijeong berikan pada bibir tipisnya itu sukses membangunkan ribuan kupu-kupu di dalam perutnya. Sudut bibirnya terangkat, tersipu malu kala Yijeong berani menciumnya tanpa mempedulikan fakta bahwa keduanya kini masih berada di depan pintu kamar hotel tempat Yoongi bermalam. Tak mempedulikan jika aksinya dapat terekam oleh mata lain.

Thank you, love. Masuk dulu yuk? Aku masih pengen peluk kamu, mau peluk yang lama, terus cium terus sampe aku sembuh.” ajak Yoongi pada Yijeong.

“Hm,” gumam lelaki yang di dalam pelukannya, “Tapi ga mau lepas pelukannya, mau gini terus.”

Sial. Yijeong yang manja itu selalu menjadi sumber kelemahan terbesar Yoongi yang total merasa gemas kepadanya.

Yoongi lalu mengencangkan pelukannya pada pinggang Yijeong, lalu tanpa aba-aba mengangkat tubuh kekasihnya dan membawa tubuh mereka berdua masuk ke dalam kamar tanpa memisahkan diri. Yijeong yang terkesiap tak mampu bersuara, terkejut dengan perlakuan Yoongi kepadanya yang turut membuat suasana hatinya membaik seketika.

“I love you,” bisik Yijeong saat Yoongi menurunkan tubuhnya, tatapan penuh kasih ia berikan pada netra sipit favoritnya, “Sorry for being a jealous baby, I just couldn’t help it. I love you a bit too much, I guess?”

Yoongi Kembali melingkarkan kedua tangannya pada tubuh Yijeong dan menariknya mendekat seraya dengan tubuh bagian belakangnya bersandar pada dinding kamar, “Aku juga sayang kamu, a bit too much too. Makanya sedih kemaren dicuekin seharian…”

“Maafin aku, Gi. Aku juga sedih kenapa aku setega itu, padahal sendirinya juga udah kaya mau gila…”

“I prefer you said ‘I love you, sayang’ instead of sorry…”

“I love you, sayang. I love you, Yoongi sayangku…”

Senyuman di wajah tampan Yoongi kembali mengembang sempurna, memperlihatkan gummy smile favorit Yijeong yang membuat pria itu terlihat berkali lipat lebih tampan dari biasanya, “Can I get my kisses?”

Yijeong tersenyum, mendekatkan wajahnya dengan wajah Yoongi hingga puncak hidung keduanya bertemu, “Boleh, sayang. Yoongi mau apa aja boleh. Yoongi mau apapun, aku kabulin.”

“Beneran?”

“Iya, sayang. I’ll grant everything you want as an apology karena udah jadi pacar yang childish kemaren. Kamu boleh minta apapun dari aku.”

“Ngga childish kok, aku juga kalo lihat kamu deket sama orang lain cemburu pasti. Kaya kemaren pas kamu bilang diajak ketemu sama Max, terus kemaren pas bilangnya mau main sama Max, mau deketin Jimin, aku juga cemburu, aku takut. And now since everyone starting to notice you, and I feel a bit anxious about it. Takut kamu ditaksir orang.”

“Gimana aku coba? Pacarku ditaksir sama sejuta umat manusia, tiap hari diajak nikah,” sindir Yijeong pada kekasihnya.

Yoongi terkekeh geli lalu memajukan wajahnya untuk menggesekkan puncak hidungnya dengan milik Yijeong, “Iya ya, aku sekarang ngerti gimana pusingnya kamu.”

Kedua lelaki itu bercengkerama berdua seperti tak ada lagi makhluk hidup lain di dunia ini. Hanya berdua, tak memikirkan apapun lagi selain bagaimana keduanya bisa hidup sebahagia saat ini. Yoongi bersyukur memiliki Yijeong di sisinya, yang kini juga berperan sebagai partner kerjanya.

Yoongi menarik tubuh Yijeong, mendekap erat tubuh ramping kekasihnya, menghirup wangi manis yang menguar dari tubuh Yijeong. Bibirnya membubuhkan banyak kecupan ringan pada sisi leher dan bergerak naik ke arah sisi wajah tampan Yijeong yang tak pernah bosan ia puji.

“Jangan digigit,” bisik Yoongi padanya saat melihat Yijeong menggigit bibir bawahnya sendiri. Rapper tampan itu kemudian membawa satu tangannya ke dagu milik Yijeong, menekan pelan bibir bawah Yijeong dengan ibu jarinya hingga bibir ranum itu terbuka, “It’s my job to take care of this.”

Min Yoongi jadi pihak pertama yang memulai, mengecup pelan bibir Yijeong dengan bibirnya. Rasa hangat yang dihantarkan dari tautan bibir dua anak adam yang tengah jatuh cinta itu dengan cepat membuat isi kepala mereka kosong. Hanya ada cinta yang tanpa lelah keduanya suarakan dari sentuhan manis yang hanya mau mereka bagi berdua. Yoongi menciumnya lembut dan hangat, tanpa ada gesa di sana, menikmati waktu yang berlalu dalam hangatnya sapuan bibir manis kekasihnya.

Kedua lengan Yijeong kini mengalung erat pada tengkuk lelakinya, memperdalam ciuman yang enggan keduanya sudahi. Belaian lidah keduanya turut meramaikan suasana, ikut menghiasi pertemuan kedua lelaki yang baru saja saling berbaikan. Kepala Yoongi terasa pening, namun ia tak mengeluh, Yoongi menikmati hadiah manis yang Yijeong berikannya dengan senang hati. Ia tahu Yijeong mencintainya sama besar dengan bagaimana ia mencintai lelaki itu.

“Jangan sayang sama orang lain, Gi. Sayang sama aku aja ya?” pinta Yijeong selepas sesi ciuman panjang mereka, “I can’t even control myself if I saw you with some other guys or girls, apalagi kalo kamu sampe ga sayang sama aku lagi. Aku ga mau. Kamu cuma boleh sayang sama aku.”

“Of course, baby. I love you so much, how can I stop when I fell in love with you over and over again like this, hm?” Yoongi mengecup pelan kening Yijeong, “I only want you, Jang Yijeong.”

Don’t ever touch other men or women without my permission, just touch me like you always do, cuma boleh sentuh aku.”

“I am touching you right now,” jawab Yoongi sembari mengusap hangat punggung Yijeong dengan telapak tangannya, “Iya, sayang. Janji ngga akan kaya gitu. Janji, nanti kalo ada project aku bakal izin dulu. I won’t make you worry too much, ngga enak kalo dicuekin kamu.”

“Makanya tangannya jangan nakal,” pundak Yoongi mendapat satu gigitan pelan darinya, “Cuma aku yang boleh sentuh, biarpun cuma seujung kuku. Cuma aku yang boleh. Kamu punyaku, Yoongi. Min Yoongi punyaku.”

“All yours, Pumpkin. I love you…”

Senyuman manis terpatri jelas pada wajah Yijeong sebelum kedua bibir mereka kembali bertaut. Yoongi mencintainya, dan Yijeong tahu seberapa besar ia dapat merasakannya. Ciuman manis itu bak tanpa akhir, tanpa lelah keduanya bagi.

Sekali lagi, keduanya kembali jatuh hati.

--

--

No responses yet