Hold.

raine.
2 min readJan 23, 2024

--

“River?” panggil Raxel pelan sembari mengetukkan jemarinya pada pintu kamar yang berwarna abu-abu tua, “Gue izin masuk ya?”

Belum sempat sang empunya menjawab, pintu itu lalu terbuka lebar, menampilkan River yang memicingkan kedua manik sabitnya ke arah Raxel, “Udah pamitannya?”

“Udah.”

“Terus, gue harus nungguin lo ngapain lagi nih?” sindir River pada Raxel.

Lelaki dengan mata bulat itu lalu tersenyum pelan, “Maaf ya, hari ini kayanya gue bikin lo kesal. Gue minta maaf.”

“Hm.”

Jika saja bisa, Raxel benar-benar ingin mencubit pipi tembam milik River sebab lelaki di hadapannya itu kini bertingkah bak anak kecil yang tengah merajuk.

“Ya udah, ayo pulang?”

“Pamitan sama Bibi, udah belum?”

Raxel lalu mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan sebuah paper bag yang entah apa isinya, “Udah, udah dibekalin juga sama Bibi.”

Helaan nafas panjang River lalu terdengar. Lelaki itu kemudian menegakkan tubuhnya, berbalik badan untuk meraih jaket juga tas miliknya yang ia sampirkan di kursi, lalu berjalan keluar kamar menyusuli Raxel yang kini menunggunya tanpa banyak suara. River menghabiskan sekian detik, menatap dalam diam isi kamar tidur miliknya yang entah sudah berapa lama tak ia tempati.

“Ayo pulang.”

Terdapat jeda di antara kalimat ajakan yang keluar dari bibir Raxel dengan jawaban diam dari River, “Hah, maksudnya?”

“Katanya mau pulang?”

“Iya, tapi ini maksudnya apa?” tanya River sambil menunjuk telapak tangan Raxel yang terbuka.

“Tadi lo bilang ngga mau turun sendirian, ya udah sini bareng gue.”

“Pegangan tangan?” tanya River lagi.

“If it would be helpful, yes, you can take my hand.” jawab Raxel, sedikit tersenyum karena River tampak lucu dengan raut wajah penuh rasa bingung, “Ngga mau? Kalo emang ngga mau ya udah, ngga apa-apa. Atau lo pengen gue gendong sampe ke mobil? Boleh kok, River.”

Anehnya, godaan dari Raxel itu tidak membuatnya merasa kesal, namun justru menimbulkan satu reaksi asing yang kini bergerumul di dalam perutnya. River berusaha kuat untuk tak memperlihatkan bahwa ia salah tingkah, sebab ia tahu Raxel cukup berbahaya — untuk hatinya.

“For God’s sake, River, lo ga boleh baper perkara ginian doang. Dia tuh cuma cowo tengil yang iseng!” seru River dalam batinnya sendiri.

River lalu mengangkat wajahnya, menatap kedua mata Raxel yang tak terlihat sedang bercanda. Namun tentu saja River masih bersikeras untuk meninggikan gengsinya, tak ingin luluh dengan keadaan.

“Gue ga mau pegangan tangan sama lo, ga mau juga bikin keributan pake digendong segala walaupun kayanya seru sih, tapi,” River menjeda kalimatnya bersamaan dengan langkah kakinya yang kini mendekat pada tubuh Raxel, lalu ia menyelipkan satu tangannya pada lengan kekar milik penjaganya, “Gini aja, biarin gue pegang lengan lo sampe mobil.”

Senyuman tipis kembali terlukis pada wajah tampan Raxel, “Alright, you can hold it as long as you want. And you can do whatever makes you feel calm, River. Gue di sini buat jagain lo.

--

--

No responses yet