No Matter What

raine.
8 min readMay 28, 2022

--

Waktu menunjukkan pukul tujuh tepat saat Jungkook memarkirkan mobilnya pada parkiran khusus tamu di gedung apartemen milik Jimin yang sudah sangat ia kenali. Dengan pakaian serba hitam yang dipakainya, ia bergegas masuk menuju lift khusus penghuni menggunakan access card yang sudah diberikan Jimin sejak dirinya pindah ke Busan. Dengan langkah cepat ia bergegas hingga ia sampai di depan pintu rumah Jimin. Kedatangannya disambut oleh Kimmy yang dengan manja mengeluarkan suara lembutnya, meminta Jungkook untuk segera menggendongnya. Beruntung ia menggunakan jaket berbahan parasut sebagai penghangat, sehingga ia tak perlu khawatir jika bulu halus Kimmi akan menempel di pakaiannya.

Sosok yang ditunggunya akhirnya muncul dengan kemeja putih dan celana jeans. Entah mengapa Jungkook selalu berhasil dibuat gila dengan penampilan sederhana Jimin. Lelaki itu berjalan menghampirinya yang sedang sibuk bermain dengan Kimmy dan dengan santainya mencium puncak kepala Jungkook saat posisinya sudah berada di belakang Jungkook, “Kita pergi sekarang?”

“Ayo!”

*

*

“Mau ngapain sih ke studio? Perasaan sebelum ke Seoul kemaren udah main?” tanya Jimin penasaran pada Jungkook.

“Ada yang ketinggalan di sana. Sekalian kemaren aku ada record cover song gitu lupa aku pindahin ke handphone.”

“Mau di-upload?”

“Ngga, mau kasih liat kamu aja.”

Jimin tak menyembunyikan senyumnya, “Ya udah, I’ll listen to it later then.

Jungkook menolehkan wajahnya kepada Jimin yang tersenyum di sebelahnya, “Can’t wait…”

Studio tempat Jungkook biasa menghabiskan waktu luangnya terletak tak begitu jauh dari apartemen Jimin. Tentu Jimin adalah orang yang memberi tahunya soal informasi tentang studio musik tersebut, mengingat Jungkook memang sangat menyukai musik di samping karirnya sebagai pekerja kantoran dengan jadwal sangat padat. Jungkook seringkali mengirimkan video saat ia menyanyi kepada Jimin, bermula saat ia ingin menghibur lelakinya itu saat kesedihan sedang melanda. Sejak saat itu, suaranya menjadi melodi penenang untuk Jimin yang resah.

Keduanya sampai pada tujuan pertama mereka malam itu. Jungkook mengulurkan tangannya kepada Jimin untuk ia genggam dan disambut baik oleh lelaki yang tak berhenti tersenyum sejak keduanya bertemu tadi.

“You look especially beautiful today…” ungkap Jungkook tiba-tiba saat keduanya sedang berjalan menuju ruangan studio yang dimaksud Jungkook.

“Apa sih, kok tiba-tiba?” Jimin yang sudah sering kali mendengar pujian yang keluar dari bibir tipis lelaki itu pun masih dapat tersipu malu.

“I don’t know, rada beda aja rasanya?”

“I did nothing?”

“Oh, berarti karna aku tambah sayang makanya kamu tambah cantik.”

Lagi-lagi Jungkook dengan sejuta caranya untuk membuat hati Jimin ingin meledak seketika.

Langkah kaki keduanya berhenti di depan pintu ruangan studio yang biasa Jungkook gunakan untuk hobinya. Jungkook memiringkan kepalanya, memberi isyarat kepada Jimin untuk masuk terlebih dahulu dengan ia yang mengikuti di belakang. Ini bukan kali pertama Jimin dibawa kemari, tentu saja sudah beberapa kali. Ia suka mendengar Jungkook menyanyi, selalu suka. Sebagaimana Jungkook menyukainya saat matanya tertuju pada lembar kertas yang berisikan ribuan kata yang tak pernah bosan Jimin baca.

Jungkook membiarkan Jimin duduk tepat di depan komputer yang ada di sana, sementara ia langsung disibukkan dengan komputer lain tempatnya menyimpan file yang ia maksud. Beberapa menit kemudian, ia melangkah menghampiri meja tempat Jimin berada, menyalakan komputer di sana dan memberikan headphone kepada Jimin untuk ia pakai.

“Katanya mau denger kan?” tanya Jungkook pada Jimin yang sedikit bingung.

“Loh, sekarang? Ga nanti aja pas abis makan?”

“Tanggung, mumpung kamunya di sini, jadi sekalian dengerin aja. Nanti kalo mau denger lagi, file-nya udah aku copy ke handphone kok.” jawab Jungkook dengan senyuman manisnya.

Jimin meraih headphone yang disodorkan Jungkook padanya dan langsung memakai benda itu. Jungkook berbicara, namun hanya dapat didengar Jimin dengan volume kecil karena kedua telinganya sudah tertutup.

“Dengerin sampe habis ya, then I need your feedback right after…

Jimin mengangkat kedua jempolnya, tanda bahwa ia mengerti apa yang diucapkan Jungkook. Tak lama setelah itu, ia dapat melihat Jungkook membuka file rekaman yang ia maksud dan langsung memutarnya. Jimin duduk bersandar pada kursi itu, dengan Jungkook yang perlahan mundur meninggalkannya tanpa ia sadari.

*

“Halo, hari ini, saat kamu dengerin ini, bertepatan dengan hari jadi kita di bulan ke-enam. Jujur sebenernya aku agak ragu waktu record ini apa bakal tepat pas hari jadi kita kamu dengernya- atau engga, karena aku punya rencana untuk ke Seoul beberapa hari, tapi mudah-mudahan waktunya tepat ya?”

Jimin tersenyum lebar mendengar suara halus milik kekasihnya yang keluar melalui headphone yang menutup kedua telinganya. “Such a sweet soul…” batinnya kepada Jungkook.

“Kali ini aku mau- eh bukan, udah ngerekam lagu yang menurutku manis, just like you, and representing my own feeling towards you, tapi judulnya aku ubah jadi ‘Jimin’ ya, Hahaha! Cliché, and it will be too cheesy maybe, but I genuinely think you’ll love it… So, here’s my present for you…”

Deru nafas Jimin berubah menjadi lebih cepat, degub jantungnya juga mulai tak karuan mengantisipasi hadiah yang akan diberikan Jungkook padanya. Ia dapat mendengar suara denting piano, yang ia yakini adalah ulah dari Jungkook sendiri karena ia tahu kekasihnya itu juga mahir memainkan nada dari alat musik itu.

Had a dream, I was high
Holdin’ on to the sky
But I heard your voice and stopped myself from fallin’
There’ll be days, there’ll be nights
When the stars don’t align
And the sun can’t even stop the rain from pourin’

So lay with me and let time just pass by
And don’t let go
’Cause all I know

This life is crazy
But it led me to your love
If you call on me forever I will come
No matter what, baby
The only thing I’m certain of
We’ll be diamonds when our golden days are done
No matter what, no matter what
It’s only us
Yeah, no matter what

Take the good and the bad
Everything that I have
When the silence fills the air, just know I’m on it
When the waves start to crash
Like a fear from the past
Just remember that you’re all I’ve ever wanted

So lay with me and let time just pass by
And don’t let go
’Cause all I know

This life is crazy
But it led me to your love
If you call on me forever I will come
No matter what, baby
The only thing I’m certain of
We’ll be diamond when our golden days are done
No matter what, no matter what
It’s only us
Yeah, no matter what

Lookin’ in your eyes
I can’t believe you’re mine
It’s beyond an obsession, all of my attention
Nothing can compare to you
What did I do right?
To hold you every night
It’s beyond an obsession, all of my attention
Nothing can compare to you

This life is crazy
But it led me to your love
If you call on me forever I will come
No matter what, baby
The only thing I’m certain of
We’ll be diamonds when the golden days are done

This life is crazy
But it led me to your love
If you call on me forever I will come
No matter what, baby
The only thing I’m certain of
We’ll be diamonds when our golden days are done
No matter what, no matter what
It’s only us
Yeah, no matter what…

Senyuman hangat menghiasi paras cantik Park Jimin. Ia tak mampu menahan gelora bahagia yang dengan sangat cepat mengisi relung hatinya. Rasa hangat yang juga ikut menjalari seluruh sisi tubuhnya itu mengeluarkan rona bahagia yang terpancar jelas dari raut wajahnya. Satu tetes air matanya berhasil lolos dan jatuh tepat di atas celana jeans yang ia kenakan.

Jungkook dengan suara merdunya, menyanyikan satu lagu indah dengan suara piano yang mendukung suasana, lagu yang mungkin akan menjadi lagu favorit Jimin hingga ia tua nanti.

Baru saja ia hendak membalikkan badan untuk mencari Jungkook, gerakannya kemudian tertahan oleh suara sang kekasih yang kembali terdengar dari headphone yang masih ia pakai.

“Kalo Justin Bieber nyanyiin itu dengan judul ‘Hailey’, aku nyanyiin lagu itu dengan judul ‘Jimin’. So, how’s the song? Mudah-mudahan suaraku layak buat didenger kamu ya, Ji… Like the lyrics said, ‘This life is crazy but it led me to your love’, we both know how bad memories could cause so much trouble in our current lives, but again, there’s you that leads me into the better version of myself, there’s you who taught me how to love genuinely, there’s you who show me that I’m deserved- always deserved… There are so many fears in me, but I’m willing to face everything with you beside me. Hand in hand… So, on this special day, will you take my hand and keep holding to it until we become diamonds together? Will you become my only place to go home? Will you be my best friend for the rest of my life? And… Will you marry me? If you are ready to answer all of my questions, please turn around, and answer the person who’s waiting behind you…”

Dengan wajah penuh air mata haru, Jimin melepas headphone dari kepalanya, berbalik badan dan netranya langsung bertemu dengan manik bambi yang indah milik lelaki yang sekali lagi melamarnya. Jungkook berdiri di sana, dengan air mata yang juga sudah membasahi mata dan sebagian wajahnya, tampan sekali, tersenyum lebar menatap Jimin yang menutup wajahnya dengan satu telapak tangan mungilnya.

Isak tangisnya kian menjadi tatkala Jungkook mengangkat tangannya, membawa satu kotak kecil berwarna merah dengan tulisan Cartier dan membukanya tepat di hadapan Jimin.

“I can’t promise you endless happiness in the future, but I can promise you that you’ll never face your fears alone. So, my dearest Park Jimin, with all my heart, please accept my proposal and marry me?”

Tangis Jimin pecah. Ia tak lagi sanggup menahan laju air mata yang berebut turun dari sabit indah miliknya. Tubuhnya bergetar hebat karena dijalari jutaan macam rasa bahagia yang menyerbu sekaligus.

Dengan satu langkah ia bergerak maju, mengangguk dengan tempo cepat tanpa bersuara, menjawab semua pertanyaan Jungkook dengan satu gerakan pasti. Jemari mungil Jimin meraih cincin di dalam kotak itu, menyerahkannya kepada Jungkook yang juga tenggelam dalam tangis harunya.

Jimin menerimanya. Park Jimin menerima dirinya secara utuh, tanpa pengecualian.

Jungkook menyematkan cincin berwarna silver itu ke jari manis Jimin, mengusapnya pelan kala jemari kecil milik lelaki itu semakin terlihat cantik dengan adanya tanda baru di sana.

“I love you, Jeon Jungkook. I might rarely say it first, but I really do love you, so much if I might say… Thank you for staying with me until today, and choose me to be the one who will be your future partner…” ucap Jimin setelah susah payah mengendalikan rasa harunya. Ia maju selangkah lagi hingga wajahnya dan wajah Jungkook hanya dihalangi oleh udara yang tipis, “I love you, my soon-to-be husband…”

Udara yang tadinya menjadi satu-satunya penghalang itu kemudian tak lagi ada. Jungkook menyapu lembut permukaan bibir Jimin dengan bibir tipis miliknya, menciumnya hangat dan penuh cinta. Tak ada hal lain yang ada di sana, hanya Jungkook, Jimin dan cinta yang mengelilingi mereka. Keduanya kini mantap melangkah bersama, menepati semua janji yang selalu mereka ucapkan di dalam doa dan harapan- bersama.

--

--

No responses yet