One Life

raine.
13 min readMar 19, 2023

--

Usai menghabiskan waktu untuk menjelajahi setiap sudut Myeongdong dan mencicipi semua jajanan yang ditunjuk Jimin, kini Jungkook dan Jimin tiba pada tempat yang dimaksud oleh Jungkook sebagai tempat kencan terakhir mereka sebelum hari berganti. Tempat itu tampak tak asing di mata Jimin, namun ia tak dapat mengingat dengan jelas, namun Jungkook dapat mengetahui dengan jelas bahwa kekasihnya itu sedang berusaha membongkar memorinya. Kedua sudut bibir tipis Jeon Jungkook itu lalu terangkat, tersenyum hangat ketika melihat Jimin yang tenggelam dalam pikirannya sendiri- namun ia sengaja tak mengganggunya.

Jungkook lalu menarik pelan tangan Jimin yang tengah digenggamnya untuk berjalan masuk ke dalam gedung besar itu. Jimin hanya menurutinya tanpa protes sedikitpun. Kedua netra sabitnya itu melihat seluruh sisi ruangan yang semakin tak asing baginya, melirik pada setiap sudut yang dikenalinya namun ia tak dapat menemukan jawaban dari pertanyaan di dalam kepalanya.

Langkah kaki keduanya pelan, tak terburu-buru. Ruangan itu juga tak hanya berisi mereka berdua, ada beberapa pasang pengunjung lain yang juga tengah menikmati waktu mereka. Pandangan Jimin terhenti pada satu sudut koridor luas yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri- yang membuatnya mengingat sesuatu dengan jelas.

Jimin baru saja hendak bersuara, namun Jungkook tanpa sadar membuatnya bungkam dengan secara tiba-tiba menarik tubuh mungil kekasihnya itu untuk mendekat. Satu tangannya ia sampirkan pada pinggang ramping Jimin dan mengelusnya pelan, “Kamu ngga apa-apa?”

“I’m okay,” jawab Jimin sambil tersenyum meyakinkan Jungkook, “Kenapa nanya gitu?”

“Kayanya kamu tiba-tiba tegang?”

Jungkook bukannya tak menyadari alasan mengapa suasana hati Jimin tiba-tiba berubah, namun ia tak ingin membuat Jimin semakin teringat kenangan buruk tentang tempat yang justru bersejarah baginya itu.

“Aku gapapa, sayang. Don’t worry,” Jimin mengulas satu senyuman agar Jungkook mempercayainya sebelum melanjutkan kalimatnya, “Tapi aku boleh nanya sesuatu?”

“Boleh.”

“Kenapa bawa aku ke sini? Maksudku, I have a bad memory about this place- and it wasn’t related to you, to us. Tapi kenapa kok kayanya kamu tau sesuatu?” tanya Jimin pada akhirnya, tak lagi sanggup menahan rasa penasaran yang sedari tadi bersarang di kepalanya.

“It is related to me, to us.” jawab Jungkook singkat sebelum memalingkan wajahnya untuk menatap Jimin, “Kalo di kamu adanya kenangan buruk, let me bury that bad memory.

Tanpa menunggu jawaban Jimin, Jungkook lalu kembali mengajak Jimin menelusuri tiap sisi yang kedua kakinya arahkan. Jimin yang masih ia rangkul itu hanya bisa mengikuti langkahnya tanpa banyak tanya meski pikirannya dilanda kebingungan. Jungkook membawanya mengelilingi gedung besar yang berisikan beberapa karya seni yang sudah jelas berharga fantastis, tanpa menjelaskan apapun.

Hingga pada akhirnya langkah kaki keduanya tiba pada sebuah pintu kayu berukuran besar yang mengarahkan keduanya pada taman luas yang terbentang di hadapan mereka. Dahi Jimin semakin mengernyit, kembali berusaha mengingat tempat yang sudah jelas pernah ia kunjungi sebelumnya. Jungkook lalu kembali menarik tubuhnya untuk berjalan pelan mengikutinya hingga Jimin duduk pada sebuah bangku taman yang berada di sana.

“Coba kamu duduk dulu, aku mau ke sana sebentar.”

Tak sempat Jungkook melangkah, pergelangan tangannya kini ditahan oleh genggaman erat tangan Jimin, “Kamu mau ke mana? Kenapa aku ditinggalin?”

“Ngga ditinggalin, sayang. Aku cuma ke situ,” Jungkook menunjuk satu sisi taman yang berada tak jauh dari tempat keduanya berada, “Aku ngga akan kemana-mana, kamu masih bisa ngelihat aku kok.”

“Ngapain ke sana? Kan gelap?” tanya Jimin masih dengan rasa ragu dan bingung.

“To show you something.” Jungkook lalu bergerak turun, berjongkok di hadapan Jimin yang terlihat tak senang- terlihat khawatir, “It won’t take more than a minute, Bub. I promise.”

Jungkook lalu bergerak maju, mengecup pelan bibir Jimin penuh kasih untuk kembali meyakinkan lelaki itu agar mempercayainya, lalu kembali mengecupnya untuk kali kedua sebelum menarik diri, membawa satu tangan Jimin untuk ia cium bagian punggungnya, “Don’t take your eyes off me.”

Jungkook lalu berdiri, memberikan seulas senyuman hangat kepada Jimin sebelum melangkah menjauh dengan genggaman tangan Jimin yang enggan melepasnya. Jungkook menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Jimin bahwa tak akan ada hal buruk yang terjadi sebelum tubuh besar itu perlahan menjauh meski kedua mata Jimin masih dapat dengan jelas melihatnya.

Isi pikiran Jimin berlayar entah kemana, masih berusaha mengingat hal yang mungkin dilupakannya- hingga mendapati Jungkook menepati janjinya untuk kembali dalam waktu kurang dari satu menit.

Namun yang tak diduganya adalah sang kekasih kini tak kembali seorang diri. Lelaki tampan itu berjalan pelan ke arahnya sambil menggendong dua ekor kucing berukuran sedang dengan senyum sumringah yang tak lepas dari wajahnya.

“Mereka sehat, Ji. Udah segede ini sekarang.” ucap Jungkook dengan ceria, memperlihatkan dua ekor kucing yang terlihat jinak di pelukannya, “Seems like their mother raised them well, ya?”

Jungkook mengangkat kepalanya untuk melihat Jimin yang masih tak bersuara, lalu tersenyum hangat, “God listened to your kind wishes that night- that they have to grow healthily.”

Jimin lalu tersentak kaget ketika seluruh memori yang berusaha ia ingat kembali dalam sekejap mata. Setahun yang lalu, ia berada di tempat ini, memberikan makanan pada kucing yang kelaparan seusai mendapati Taehyung mengkhianatinya.

Kedua bibirnya tak mengatup, terbuka karena terkejut bukan main. Ia berusaha menutupi setengah wajahnya dengan satu telapak tangan mungilnya, namun tetap tak bisa menutupi ekspresinya. Jimin kembali merasa bingung kala menyadari bahwa Jungkook mengetahui dengan jelas kejadian itu.

“H-how? H-how could you know?”

“I saw the prettiest angel cry that night, then he ran to the ballroom for food and gave it all to these cats.”

Kedua manik sabit Jimin terbelalak sempurna, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari mulut Jeon Jungkook, “Hah? M-maksud kamu? K-kamu di sini?”

Jungkook lalu kembali mengembangkan senyumnya dan berkata, “I even remembered that you said, My life’s fucked, but yours shouldn’t. You have kids to take care of, a strong cat mommy. Makan yang banyak ya. I can continue my crying session after this and care for my own shit, but you should be full first. Please, be healthy’ to their mother.” jawab Jungkook sambil menunduk- menatap dua ekor kucing yang tengah dipeluknya.

“I was standing there, smoking- then I saw you crying alone on this bench. Not too long after that- I fell in love; with you.”

Jimin tak mampu memproses segalanya dengan cepat. Diamnya adalah jawaban telak untuk Jungkook bahwa kekasihnya itu masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Jungkook lalu meletakkan seekor kucing yang dipeluknya tepat di atas paha Jimin. Tangan mungil kekasihnya itu secara otomatis mengelus pelan bulu halus kucing berwarna putih itu.

“I was there, sayang. I saw you from there, and I fell in love right after you touched the deepest part of my heart with your soft heart,” Jungkook lalu mengangkat satu tangannya ke wajah Jimin, mengelus pelan permukaan pipi kekasihnya dengan punggung jarinya, “I laid my eyes and heart on you since a year ago, Chéri.”

Jungkook dapat melihat dengan jelas bahwa kedua mata Jimin kini berlinang air mata. Hatinya sedikit meringis, namun ia tahu Jimin bukan sedang bersedih seperti malam itu. Ia lalu mengeluarkan sapu tangannya dari dalam saku celananya, mengusap pelan pipi Jimin yang sudah dibasahi air mata yang turun tanpa permisi, “Maafin aku ya, baru bisa cerita sekarang…”

“K-kok bisa…”

“Everything leads me to you, I guess?” Jungkook lalu bergerak pelan untuk bergeser mendekati tubuh Jimin di sebelahnya, tak ingin mengganggu kucing yang tengah beristirahat di atas pahanya, “It was a charity night that I never want to held before- because I had a fight with Namjoon hyung- my cousin, a week before and it ended badly. Jadi aku ngga mau ada charity night, mau cancelled semuanya. Tapi Yoongi hyung insisted- tetap minta aku buat jadi a professional business man yang ngga terpengaruh sama masalah pribadi.” Jungkook kembali mengusap satu titik air mata Jimin yang kembali jatuh ke pipinya sebelum melanjutkan ceritanya kepada Jimin yang mendengar dengan seksama.

“Dan karena aku masih kebawa suasana pasca ribut sama Joon hyung, pas ngelihat dia di ballroom, aku mutusin buat ngerokok sebentar di sini- just to cleared my thoughts biar ngga kebawa emosi kalo harus interaksi sama dia- yang tentu saja pasti berinteraksi since he’s my cousin and my business partner too.” ungkap Jungkook sambil tersenyum, “Then you came here, catching all of my attention in a blink of an eye…”

“Tapi aku ga lihat ada kamu? I thought that I was alone?

“Kaya yang kamu lihat sendiri, di situ gelap kan?” tanya Jungkook sembari menunjuk tempat yang ia maksud, “Buat kamu yang lagi ngga baik-baik aja malam itu, wajar kalo kamu ngga noticed kalo ada aku di sana. Lagipula aku pun ngga bersuara, I was hiding too. Dan setelah sadar kalo kamu lagi nangis, aku milih untuk diam dan ngga kemana-mana biar kamu ngga ngerasa risih kalo ketahuan lagi sedih.”

“Jungkook…”

“Iya, sayang. Jangan dipaksain buat ngerti semuanya, aku cuma pengen cerita karena rasanya udah tepat untuk diceritain since both of us are commited to each other.

“Ngga… Aku ga maksain diri buat paham semuanya- tapi aku paham. I was just too stunned to speak, kayak- is it even real? Maksudku, kamu udah suka sama aku dari setahun yang lalu?”

Jungkook lalu tertawa kecil hingga dua manik bambinya menyipit, “The feeling is too simple to be described as ‘like’. I’m in love, Ji. I felt it- the butterflies…”

“Dari awal?” tanya Jimin yang masih sulit mempercayainya.

“Dari awal.”

“Jadi kamu tau kalo hari itu aku sama Taehyung?”

“Tau. Makanya aku ngga approached duluan waktu itu.” jawab Jungkook dengan senyuman hangat di wajahnya, “A little bit disappointing to be honest, tapi aku ngga pernah mau ganggu hubungan orang. Tapi kalo aja aku tau malam itu ternyata kamu ngedapatin dia selingkuh, I’d rather stole you away from him that night.

Jimin lalu sedikit tersenyum mendengar penjelasan Jungkook lalu bertanya kembali, “T-terus? Malam waktu di klub? Kebetulan juga?”

“Another beautiful coincidence,” jawab Jungkook tanpa ragu, “Aku cuma mau minum, or if I found a hottie to get laid, I would do that. Then I saw you, drinking alone. So guess God gave me a chance to finally stole you?” ucap Jungkook sambil terkekeh geli, “Kamu ngga tau gimana gilanya aku malam itu waktu ngeliat kamu lagi setelah setahun aku cari. Jadi dari malam itu memang niatku udah bulat- to make you mine- tanpa tau kalo sebenarnya kamu masih berhubungan dengan that jerk. Thank God, you clearly showed that you have the same interest that night, so I brought you home.

Jimin tak mampu menyembunyikan senyuman manisnya meski rasa haru masih memenuhi relung hatinya, mengetahui Jungkook ternyata sudah sedari lama menaruh harap padanya.

“Jungkook?” panggil Jimin pelan.

“Iya?”

“Thank you for letting me know all of these,” ucap Jimin sembari mengusap air matanya sendiri, “Makasih udah approached aku duluan malam itu- karena kalo engga, aku mungkin sekarang lagi jadi homeless karena ga punya tempat untuk pulang.”

Satu tangan Jungkook lalu kembali menangkup hangat punggung tangan Jimin yang sedang tak mengelus kucing yang tertidur di pangkuannya, memberikan rasa hangat yang Jungkook yakini Jimin butuhkan darinya saat ini. Ia merasa lega kala menceritakan kisah manis yang terjadi jauh sebelum hubungan keduanya dimulai- meski dengan cara yang salah pada awalnya. Namun Jungkook bersedia menebus dosanya dengan cara mencintai lelaki cantik di hadapannya ini selama ia mampu.

“Now I know that my home will never be a place,” ucap Jimin dengan setengah berbisik, lalu mengangkat kepalanya, menatap sepasang manik bambi milik lelaki yang juga ia cintai, “You are my home- the warmest one.”

Kedua anak adam itu tiba di rumah milik Jimin dengan rasa bahagia yang memenuhi tiap sisi tubuh dan pikiran mereka. Tak sanggup memvokalkan seluruh rasa yang ada, keduanya memilih untuk diam dalam pelukan hangat yang mereka bagi untuk satu sama lain. Jungkook tak pernah absen membuat Jimin semakin jatuh cinta pada setiap tindakan kecil yang lelaki itu lakukan untuknya; seperti menyiapkan piyama tidur yang sebenarnya percuma karena Jimin lebih suka tidur tanpa busana- cukup dengan pelukan hangat sang kekasih yang membungkus tubuhnya hingga pagi.

Lelaki yang berusia setahun lebih tua darinya itu kini berjalan masuk kembali ke dalam kamar tidur mereka, membawa sebuah lilin aromatherapy favorit Jungkook yang kini juga menjadi aroma kesukaan Jimin. Kasur yang tengah dibaringi Jimin itu bergerak pelan kala Jungkook ikut bergabung dengannya. Lelaki itu kemudian membuka playlist Spotify-nya dan memainkan isi playlist-nya secara acak untuk mereka dengarkan bersama.

“Tadinya pas di ballroom, aku mau ngasih ini,” ucap Jungkook sembari menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang berwarna Tiffany blue yang Jimin tahu betul berasal dari mana, “It’s a gift from me, semoga kamu mau terima.”

Jimin menelan ludahnya dengan susah payah seiring dengan suara debaran jantungnya yang mulai tak karuan karena Jungkook lagi-lagi membuatnya berdebar hebat.

Please, ini jangan dijadiin beban. It’s just a little gift from me, I thought it really suits you.” Jungkook lalu membuka kotak yang berisikan satu set perhiasan berupa sebuah gelang berwarna rose gold bertabur berlian pada setiap sisinya, dua buah cincin dan sepasang anting, juga sebuah kalung yang berwarna senada, “Hope you like them all.”

Jungkook lalu menarik satu tangan Jimin, memasangkan gelang berbentuk lock pada pergelangan tangan Jimin, “Cantik.” Puji Jungkook sesaat setelah melihat bagaimana gelang itu terpasang sempurna pada Jimin.

“I know it sounds really cheesy- but now we have a matching bracelet.” Jungkook kemudian mengangkat satu tangannya, menunjukkan sebuah gelang dengan warna yang sama dengan milik Jimin yang sudah melingkar pada pergelangan tangannya.

“Kook…”

“Terima ya, sayang? I’m so sorry if it’s too grand or too little for my first gift but I couldn’t think of anything else that suits you better than this.”

Kedua sudut bibir Jimin lalu terangkat seraya dengan kedua manik sabitnya yang menyipit karena tersenyum, “Makasih, sayang. Tapi ada tau yang lebih cocok buat aku dari pada ini semua…”

Jungkook menatapnya sambil tersenyum, “Coba tunjukin? Biar aku bawain besok.”

Jimin kemudian dengan cepat kembali menghapus setitik air mata harunya sebelum mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Jungkook di hadapannya, “Ini yang lebih cocok jadi hadiah buat aku. Kamu.”

Jungkook tak tahu harus bereaksi seperti apa, maka yang ia tunjukkan adalah ekspresi salah tingkah yang justru membuat Jimin senang bukan main. Lelaki tampan yang selalu mendominasinya itu dapat dengan mudah bertingkah lucu bak remaja belia yang baru saja jatuh cinta, dengan wajah tampan yang merona karena tersipu.

Belum sempat Jungkook merespon kalimat yang dilontarkan Jimin, lelaki cantik di hadapannya itu kemudian dengan cepat membalikkan badannya, mengambil sesuatu dari dalam laci yang berada di sisi tempat tidur.

“Bukan cuma kamu yang udah nyiapin hadiah,” ucap Jimin kala tubuhnya kembali ke posisi semula- lalu duduk bersila menghadap Jungkook, “Aku juga udah nyiapin hadiah buat kamu.”

Jimin lalu menggeser pelan sebuah kotak berwarna oranye ke depan tubuh Jungkook, “Hope you like it as well.” ucap Jimin dengan senyuman manis di wajahnya.

Jujur saja, Jungkook tak menyangka bahwa dirinya akan mendapat hadiah di hari yang sama saat ia memberikan hadiah pertamanya untuk Jimin. Sebuah kotak berisikan sebuah jam tangan berwarna rose gold dengan strap berwarna cokelat tua dengan kesan klasik dan timeless; favorit Jungkook.

“Sayang, makasih…” bisik Jungkook pada Jimin yang tersenyum lebar kala melihat kekasihnya langsung memakai hadiah pemberiannya, “I love it, very.”

Jimin lalu membuka kedua tangannya lebar-lebar, memberi isyarat untuk Jungkook masuk ke dalam pelukannya, “My pleasure, sayang…”

Lelaki tampan itu tak membuang waktunya, dengan cepat bergerak maju untuk memeluk tubuh Jimin seerat mungkin dan enggan melepasnya. Satu telapak tangan Jimin mengusap sisi belakang kepalanya penuh kasih, sementara telapaknya yang lain sibuk menghantarkan hangat pada punggung kekasihnya.

“Kayanya aku bakal ketiduran tanpa ngelepas ini semua deh.” ucap Jimin tanpa melepas pelukannya.

“Emang ngga boleh dilepas.”

“Masa sih ga boleh?” ucap Jimin tak percaya.

Jungkook lalu terkekeh hingga tubuh keduanya bergetar. “Just wear it whenever you want, Bub. It’s yours anyway.”

Jimin lalu menarik diri dari pelukan mereka dan menatap wajah Jungkook yang tampak jelas sedang bahagia lalu bergerak maju untuk mendaratkan satu ciuman singkat pada bibir Jungkook dan berbisik, “And I’m yours…”

Lelaki berparas cantik itu lalu mengubah posisinya dan berbaring pada sisi tempat tidur miliknya dan menepuk pelan sisi sebelahnya agar Jungkook ikut berbaring bersamanya, “Sini…”

play this song while you read the rest of the story will be better ;)

I know that you afraid, babe
But you don’t need to be saved, babe
You just need someone that understands
And I think I need the same, babe…

Lagu favorit Jungkook yang dinyanyikan oleh Justin Bieber itu kemudian terputar secara otomatis oleh playlist-nya. Entah mengapa, kedua sudut bibirnya lalu melengkung ke atas kala mendengar tiap bait liriknya yang terasa tepat menggambarkan suasana hatinya. Satu tangannya yang tersampir pada pinggang ramping Jimin itu lalu mengelus pelan permukaan kulit Jimin yang disentuhnya, sementara lelaki cantik itu mulai dikuasai rasa kantuk. Jungkook lalu berinisiatif untuk membuat Jimin tertidur dengan ikut menyanyikan lagu berjudul One Life yang disukainya itu.

Show me where you at, let’s keep it honest
Home is where you at and that’s a promise
Open up and never keep it from us
Nothing left between us, baby, nothing

Jungkook lalu membawa satu tangannya ke wajah Jimin, mengusap pelan pipi tembam kekasihnya yang mulai sulit membuka kedua matanya itu. Jimin dapat mendengar dengan jelas bagaimana suara merdu Jungkook yang bernyanyi di depannya. Wajahnya lalu ditangkup hangat oleh telapak tangan besar yang entah sudah berapa kali menyelamatkannya. Tangan milik lelaki yang dengan ajaibnya kini menjadi pusat dunianya.

Hopefully, you’ll give me a chance
All I want is love and romance
I wanna give it all, give it all to you

Jungkook lalu memajukan wajahnya, mendekati wajah Jimin sembari menyingkirkan beberapa helai rambut yang menggantung di kening milik lelakinya. Punggung jemarinya lalu kembali mengelus pelan sisi wajah Jimin dengan bilah bibir yang tak henti menyuarakan isi hati.

I wanna dream what you dream
Go where you’re going
I only have one life
And I only wanna live it with you
I wanna sleep where you sleep
Connect with your soul
The only thing I want in life
I only wanna live it with you

Jungkook dapat melihat seulas senyuman manis pada wajah Jimin sebelum sang kekasih kalah dengan rasa kantuknya. Kedua manik sabit itu kini tertutup sempurna dengan bibir ranumnya yang masih menyunggingkan senyuman cantik yang kembali membuat Jungkook jatuh hati- lagi.

Satu kecupan pada kening Jimin kemudian diberikan oleh Jungkook, satu kecupan lagi pada puncak hidung mungil Jimin. Ia lalu memundurkan wajahnya beberapa senti untuk melihat wajah damai Jimin yang tak akan pernah bosan ia pandangi seumur hidupnya.

I only wanna live it with you…

Satu kecupan terakhir kemudian Jungkook daratkan pada bibir Jimin. Ciuman hangat yang tak akan dirasakan oleh bibir lain selain milik Park Jimin. Jungkook tak tahu sudah berapa banyak ia mengucap syukur dalam batinnya ketika Tuhan kembali menakdirkannya untuk bertemu lelaki yang menjadi tempat pertama hatinya berlabuh. Meski sempat dikecewakan karena awalnya Jimin sedang tak sendiri, ia tetap bersyukur karena ialah yang kini menjadi rumah tempat Jimin pulang dari perginya.

Jungkook tahu ia sedang dalam fase jatuh cinta yang luar biasa pada sosok lelaki kuat yang kini tidur dalam pelukannya. Membayangkan hari-hari bersama Jimin merupakan hal yang selalu ada di dalam pikirannya tanpa Jimin ketahui. Ia tahu ia tak bisa menjanjikan hari akan selalu baik nantinya, namun dalam batinnya ia bersumpah- bahwa ia tak akan melukai perasaan lelaki yang rela berdosa bersamanya.

Jungkook jatuh cinta.

Dan Jimin juga membalas perasaannya.

“I only wanna live it with you, sayang,” bisik Jungkook di telinga Jimin meski ia tahu kekasihnya itu tak akan mendengarnya, “Have a sweet dream, My Heaven…”

--

--

No responses yet