Tangled Thoughts

raine.
4 min readJun 23, 2023

--

Yoongi tak tahu harus berbuat apa di saat Yijeong berkali-kali menolaknya untuk bertemu. Panggilan teleponnya tak satupun diindahkan oleh lelaki yang ia sakiti hatinya, satupun pesan singkatnya tak terbalas. Meski Yoongi tahu Yijeong butuh waktu, ia tetap harus menjadi pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu.

“Gue goblok banget ya, anjing! Bisa-bisanya gue ngomong begitu cuma gara-gara gue kesal chat gue ngga dibales! Lu anjing, Min Yoongi!”

Yoongi melontarkan banyak makian kepada dirinya sendiri sembari mengendalikan kemudi mobilnya yang sudah dua jam berputar tak tentu arah. Ia kalut, takut, juga sakit hati karena ulahnya sendiri. Ia paham bagaimana sakit hati yang Yijeong rasakan sebab kata-kata yang ia ketikkan pada pesan singkatnya tadi itu memang sangat menyakitkan. Rasa sesalnya bahkan tak akan cukup untuk mengaburkan luka yang sudah pasti akan membekas pada hati kekasihnya.

“I’ll never forgive myself if I lose him…”

Ia memukul setirnya berulang kali, berteriak melepaskan emosinya yang sudah tak mampu ia simpan sendiri. Ia ingin Yijeong. Ia ingin Jang Yijeong-nya kembali. Sudut matanya basah sebab air matanya nyaris mengisi pelupuk matanya tanpa henti meski ia sudah berkali-kali menghapusnya. Yoongi tak pernah merasa setakut sekarang, takut akan kehilangan manusia paling berharga dalam hidupnya saat ini.

“How can I be a total jerk like this, for fuck’s sake… How can I hurt him…”

Yoongi merasa kesal dengan dirinya sendiri. Jika saja ia bisa, ia ingin menghukum dirinya sendiri agar Yijeong-nya kembali. Jika saja ia bisa memutar waktu, ia mungkin tak akan pernah berkata demikian.

Sumpah serapah yang ia tuturkan untuk dirinya sendiri itu mengalir tanpa henti seiring dengan lajunya air mata yang ikut jatuh bersamanya. Ia tahu betapa besar rasa sayangnya kepada sosok lelaki yang sudah nyaris satu dekade bekerja dengannya.

Rasa takut itu nyata, dan Yoongi tak mampu menghindarinya.

“I miss you so freaking bad, Jang Yijeong…”

Pikirannya kacau, tak lagi bisa fokus dengan hal yang dikerjakannya beberapa hari belakangan. Yijeong bahkan tak mampu mengangkat kepalanya atau bahkan memainkan jemarinya di atas keyboard seperti biasa. Hatinya terluka bukan main kala Yoongi bisa berpikir rendah tentang dirinya.

Yijeong tahu bahwa tak semua murni kesalahan sepihak, karena ia-lah yang menjadi penyebab kekhawatiran Yoongi. Namun ia tetap merasa tak pantas diperlakukan demikian, terlebih oleh sosok yang terlebih dahulu ia hormati sebelum menjadi pengisi ruang hati.

Ia menenggak gelas kelimanya, merasakan pahit yang mulai mengganggu tenggorokannya. Di saat seperti ini pun yang ia ingat hanya Min Yoongi yang sudah pasti tengah kebingungan setengah mati menunggunya, mencarinya, bahkan mungkin memohon agar Tuhan meluluhkan hatinya. Air matanya jatuh lagi, entah sudah berapa lama ia tahan seorang diri.

Yijeong tak ingat kapan terakhir kali ia merasa selemah ini. Yoongi yang selama ini berada di sisinya itu selalu memberikan dukungan moral yang tak mampu diberikan orang lain untuknya. Yoongi yang sedari awal mempercayainya, Yoongi yang mau menuntun jalannya, adalah Yoongi yang sama dengan Yoongi yang baru saja melukai harga dirinya.

“Min Yoongi bodoh…” umpat Yijeong sembari mengusap pipinya yang basah, “Dari semua orang di dunia ini, kenapa harus lo yang mikir serendah itu tentang gue, cowok lo sendiri, anjing!”

Tangannya yang bergetar itu kini kembali meraih botol whisky yang sudah nyaris kosong, lalu mengarahkannya langsung pada mulutnya. Wajah tampannya terlihat lelah, juga sedih yang kentara.

“Tapi gue yang lebih bodoh, karena disaat gue pengen nampar mulut lo, di saat yang sama gue juga pengen peluk lo, Yoongi…”

Tangisnya menjadi. Tubuh kurusnya itu bergetar karena menahan emosi yang bergumul di dalam batinnya. Ia masih tak menyangka jika Yoongi bisa menyakitinya sedalam ini hanya dengan kata-kata singkat yang sudah jelas akan terpatri lama di kepalanya.

Min Yoongi, dari sekian banyak manusia di dunia, justru menjadi orang pertama yang meragukan ketulusannya.

“Gue ngga pernah ngeharapin apapun dari ini semua. Gue murni cuma kerja, karna gue secinta itu sama musik. Gue bahkan ngga sakit hati ketika orang ngga ngenalin siapa gue. Gue ngga apa-apa orang kenalnya gue sebagai nama El Capitxn, bukan J.Pearl atau Jang Yijeong. Tapi ketika semua atensi yang gue dapat ternyata bikin lo mikir serendah ini tentang gue, gue sakit hati, Yoongi goblok…”

Yijeong kemudian meraih ponselnya, membaca rentetan pesan singkat juga notifikasi yang menumpuk hanya dari satu nama yang tanpa henti menghubunginya, memohon ampun darinya. Kedua netranya menyipit, kembali tertutup sembari mengeluarkan kembali air mata yang nyatanya tak habis-habis dari sana. Ia lelah, ia butuh Yoongi di sisinya. Namun ternyata hari ini ia harus melepas sepi seorang diri.

“I don’t fucking care about the fame, Min Yoongi. All I ever do are just to build the world in my dream through music. Gue ngga peduli sama atensi yang orang kasih ke gue. Yang gue peduliin cuma lo, gue cuma mau atensi dari lo. Gue cuma mau diakui sama lo, sebagai manusia, sebagai musisi, juga sebagai Jang Yijeong. Your Jang Yijeong…

--

--

No responses yet