Suara derap langkah kaki Jungkook dan Jimin yang tengah berjalan bersama menuju sebuah kamar di salah satu rumah sakit itu terdengar jelas karena koridor di sana sedang sepi. Tak ada pasien maupun perawat juga dokter yang tengah berlalu lalang- mungkin bukan ditengah jam kunjungan. Jungkook masih bermurah hati saat memutuskan untuk membiarkan Kim Taehyung mendapatkan perawatan medis meski bukan di sebuah rumah sakit ternama. Ia tahu Jimin tak akan mudah memaafkannya jika ia sampai membuat Taehyung hanya meninggalkan nama, terlebih ia belum mempertanggungjawabkan semua perbuatan kejinya terhadap semua orang yang ia sakiti.
Jungkook tak mampu melarang ketika Jimin memintanya untuk ikut mengunjungi lelaki itu, meski jauh di dalam lubuk hatinya- ia tak ingin Jimin bertemu dengan sumber lukanya. Ingatan saat tubuh Jimin jatuh di hadapannya itu kembali, membuatnya dengan cepat berusaha menyingkirkan pikiran itu dan memutuskan untuk mendekatkan tubuhnya dengan Jimin.
Lelaki kecil itu merasakan satu tangan Jungkook berada di pinggangnya, hangat. Rasa yang selalu Jimin rindukan dari lelaki yang nyaris tak pernah lepas dari pandangannya sejak keduanya memutuskan untuk bersama. Telapak tangan hangat Jungkook itu turut membuat hatinya merasa tenang seketika, mengetahui bahwa ia tak akan sendiri menghadapi rasa takutnya.
Keduanya lalu menghentikan langkah mereka ketika sampai di depan pintu kamar rawat inap Kim Taehyung. Dua lelaki tampan itu kini berdiam diri, saling bertukar tatap yang penuh makna. Jimin paham Jungkook memiliki kekhawatirannya sendiri- sementara Jimin pun tak mau lelaki itu berbuat lebih dari yang kemarin. Ia tak ingin Jungkook kembali mengotori reputasinya hanya untuk membelanya.
“Kamu yakin mau ketemu dia?” tanya Jungkook untuk yang ke-empat kalinya, “Aku bisa nyelesaiin urusanku dengan dia secepat mungkin terus langsung nemuin kamu setelah ini. You really don’t have to meet him in person…”
Jimin memahami keresahan yang Jungkook rasakan. Rasa khawatir itu terlihat jelas dari raut wajah tak tenang Jungkook yang juga sempat beberapa kali menghela nafas panjang- menenangkan diri, “Kan ada kamu? You’ll protect me, right?”
“You know I’d kill for you, Jimin…”
“But I don’t want you to?” ucap Jimin pelan. Ia lalu maju selangkah untuk mendekat dengan Jungkook hingga hembusan nafas lelaki itu dapat ia rasakan pada permukaan kulitnya. Jimin lalu meraih satu tangan Jungkook yang tergantung di sisi tubuh lelaki itu dan menautkannya dengan tangan mungilnya, “I love your hands, they give me so much strength whenever I need them to. Tangan kamu lebih cocok kaya gini, megangin tangan aku. Or simply touch me whenever you want to touch, giving me the warmest touch. Tangan ini ga cocok buat nyakitin orang, meskipun aku berterima kasih atas tindakan itu.” wajah Jimin itu lalu mengurai senyuman manis yang membuat kedua manik bambi milik Jungkook melunak- tak lagi seintens tadi.
“You did so much already and I’ll forever be grateful for them all. Tapi hari ini aku minta kamu buat ga pake emosi kamu buat dia, ya? You’ve done enough that time, and moreover- he doesn’t deserve us.” bujuk Jimin dengan suaranya yang lembut. Ia lalu mengangkat tangan kanannya, membelai pelan pipi Jungkook dan langsung disambut oleh lelaki yang secara otomatis tersenyum menikmati sentuhannya.
“Iya,” jawab Jungkook padanya, tak sanggup untuk menolak permintaan dari lelaki yang disayanginya, “Tapi kamu ngga boleh nahan aku kalo dia mulai kurang ajar.”
“Let me do the thing, sayang. I want to punch him too.” Jimin lalu kembali mengusap pelan pipi Jungkook dengan ibu jarinya, membujuk Jungkook yang masih tak ingin membiarkannya bertemu dengan mantan kekasihnya yang tengah terbaring lemah di dalam kamar rawat inap itu, “Biarin aku lunasin dendamku dulu. Kalo nanti dia kurang ajar- atau sampe berani nyentuh aku, I’ll let you.”
Tubuh Taehyung tengah terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Kedua mata lelaki itu tertutup, mungkin tengah tertidur karena pengaruh obat, atau memang jadwalnya untuk tidur. Saat mata Jimin memindai sekujur tubuh lelaki itu, saat itu pula Jimin menyadari bahwa Jungkook benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Jungkook menghajar Taehyung tanpa ampun hingga tak lagi terlihat raut wajah tampan Kim Taehyung. Wajah itu penuh luka memar juga dihiasi dengan beberapa perban yang menutupi luka jahitan. Belum lagi yang mungkin tercetak jelas pada tubuh lelaki itu, Jimin tak mampu bereaksi apapun selain memikirkan betapa Jungkook benar atas apa yang diucapkan.
“You okay?” tanya Jungkook pada Jimin dengan suara yang sengaja dipelankan, “Pulang aja ya?”
“I’m okay, Kook, cuma ga tau harus bereaksi kaya apa aja setelah ngelihat the mess that we caused.” Jimin lalu melirik ke arah Taehyung, “You hit him real hard, didn’t you?” tanya Jimin sambil mengerucutkan bibirnya kepada Jungkook.
“I’ve warned him.”
Jimin lalu maju selangkah, mendekat kepada Jungkook dan kembali menautkan tangannya dengan milik Jungkook. Tubuh kecil itu lalu berjinjit dan mengecup singkat sisi wajah Jungkook di sebelahnya dan berbisik, “My bad boy.”
Jungkook baru saja hendak membalas Jimin, namun aksinya tertunda sebab sudut matanya menangkap pergerakan lain di dalam ruangan itu. Ia lalu dengan cepat menoleh, mendapati Taehyung yang sudah berdiri di sisi tempat tidur dan menatap mereka.
“Seems like I didn’t hit you that hard, masih bisa berdiri ternyata.” ucap Jungkook bernada sarkas, “Masih baik ternyata gue.”
Jimin mengeratkan genggaman tangannya pada Jungkook, berusaha menenangkan kekasihnya.
Taehyung tak bersuara, namun tatapan matanya tajam kepada dua sosok manusia yang membuat ia merasakan bagaimana rasanya tidur di dalam ruang inap rumah sakit selama beberapa malam.
“Masih bisa gerak kan kaki lo?” tanya Jungkook pada Taehyung yang tetap tak menjawab. Jungkook lalu maju beberapa langkah mendekati Taehyung hingga tubuhnya berdiri berhadapan dengan lelaki itu.
“Kneel.”
Detik itu juga Jimin bersumpah bahwa seluruh darah dalam tubuhnya berdesir hebat. Jimin tahu kata yang diucapkan Jungkook dengan suara dominannya yang mengintimidasi itu tak ditujukan untuknya, namun dirinya ikut bereaksi. Hanya satu kata, namun mampu membuat seluruh kewarasannya diujung tanduk.
“Do you hear me?” tanya Jungkook, memiringkan kepalanya menatap Taehyung yang masih tak bergeming, “Kneel, Kim Taehyung.”
“Mau apa lagi lo?” suara yang ditunggu Jungkook dan Jimin itu pada akhirnya terdengar. Taehyung masih berdiri di hadapan Jungkook dan kembali bersuara, “Masih belum puas lo bikin gue hancur?”
“I’ve warned you, right? Tapi lihat, siapa yang berani nguji kesabaran gue?” tanya Jungkook dengan ekspresi wajah yang dapat membuat siapa saja yang menatapnya merinding, “Stop wasting my time, stand on your knees.”
“You’re no longer my boss, Jeon Jungkook, lo gak bisa merintah gue.” desis Taehyung di depannya.
“Don’t you dare to call his name like that.” ancam Jimin yang kini telah berdiri di hadapannya, “Nama Jungkook ga pantes keluar dari mulut lo.”
Taehyung lalu melirik ke arah Jimin lalu menyeringai kecil, “Oh hi there, Jungkook’s little slut.”
Jimin tak sempat bereaksi, dan hanya dalam waktu kurang dari tiga detik, tubuh Taehyung kembali terhempas di lantai dingin kamar itu setelah tamparan keras kembali ia terima dari telapak tangan Jeon Jungkook di wajahnya.
Jimin dengan cepat menarik tangan Jungkook agar lelaki itu tak lepas kontrol lebih dari ini. Tamparan yang sangat keras itu mengakibatkan darah segar kembali mengalir pada bekas luka di wajah Taehyung yang belum mengering. Taehyung tertatih, mencoba bangkit sekuat tenaga meski sudah sangat jelas ia belum mampu untuk bergerak bebas.
“Masih belum jera ternyata?”
“Kook…” bisik Jimin menenangkan Jungkook. Ia dapat melihat dengan jelas mata bulat favoritnya itu kini tertutupi emosi yang menyala, “Kook, enough.”
Jungkook tak menjawab Jimin, ia hanya mengelus pelan lengan kekasihnya, meyakinkan Jimin jika ia tak akan berbuat keterlaluan.
“On your knees, Kim Taehyung.”
Jimin berusaha memikirkan bagaimana caranya agar sesi pertemuan ini tak kembali berakhir bencana. Ia tahu emosi Jeon Jungkook tak akan cepat mereda ketika hal tersebut menyangkut dirinya- terlebih harga dirinya kini tengah menjadi bahan olokan Taehyung.
Jimin lalu mengambil sikap. Ia maju selangkah dan bergerak untuk berdiri di depan Jungkook, menghalangi lelaki itu untuk kembali menyerang Taehyung. Jungkook yang sedikit panik itu secara otomatis menggenggam lengan Jimin untuk kembali membawanya mundur- namun tidak, Jimin tak mengindahkannya. Jimin justru menampakkan satu sisi yang tak pernah ia perlihatkan di depan Jungkook- a man with undeniable power.
Lelaki mungil itu lalu berjalan maju mendekati tubuh Taehyung yang masih menempel pada permukaan lantai. Jimin menunduk, lalu menyeringai tipis. Taehyung dapat merasakan seluruh bulu di tubuhnya berdiri, merinding dengan apa yang kini dengan jelas ia lihat dari sosok Jimin yang disangkanya lemah.
“Selagi gue belom sebrutal- atau lebih brutal dari pacar gue, lo mending nurut.” bisik Jimin di hadapan Taehyung, “Kneel. Berlutut, Kim Taehyung.”
Jimin lalu menunggunya. Menunggu lelaki itu bergerak secara otomatis setelah mendengar titahnya yang secara magis menggerakkan seluruh syaraf di tubuhnya untuk menurut.
Taehyung kini duduk berlutut di hadapan Jimin dengan dua tangannya yang terkepal di atas pahanya, tak berani mengangkat wajah untuk menatap Jimin.
Ia lalu meringis kala wajahnya digenggam kasar oleh ibu jari dan jari telunjuk Jimin. Tangan mungil itu lalu mengangkat wajah Taehyung agar ia dapat melihat sepasang mata lebam lelaki itu untuk bertukar tatap dengannya.
“Ah- sakit…” Taehyung meringis.
“Sakit? Kaya gini sakit? Apa rasanya kalo jadi gue, yang tulus sayang sama lo dari hari pertama gue setuju buat berhubungan, tapi dua bulan kemudian gue liatin lo ciuman sama orang lain- di tempat yang lo datangi sama gue?”
Jimin menaikkan alisnya, menunggu jawaban dari Taehyung.
Namun nihil.
“Gue tulus banget sama lo, Taehyung. Gue tungguin kabar dari lo setiap hari. Gue ikut senang waktu lo announced kalo jabatan lo naik. Gue ngerti setiap lo ngebatalin janji. Lo mungkin ga akan ngerasain gimana sakit hatinya gue ketika gue tau lo selingkuh- bahkan sampe salah satu selingkuhan lo hamil anak lo. Gue udah muak karena ternyata gue kelamaan nunggu penjelasan lo yang berujung gue kecewa dengan diri gue sendiri yang bisa-bisanya buang waktu cuma untuk orang yang bahkan ga pantes nyebut nama gue…”
Hati Jungkook tersayat kala mendengar setiap kalimat yang Jimin tuturkan di hadapan Taehyung. Ia dapat merasakan bagaimana tulusnya Jimin kepada lelaki itu. Namun ternyata perasaannya tak berbalas indah.
Jimin tersenyum kecil, nafasnya terhembus hangat mengenai wajah Taehyung di depannya, “Lo bilang gue rendah? Oke, gue memang rendah. Gue enjoy waktu kosong gue buat nenangin pikiran dari lo yang abis batalin janji sama gue tapi malah kepergok pergi sama Jane- staf sekaligus temen gue sendiri. Tapi anehnya, gue ga ngerasa nyesal malam itu gue ketemu sama Jungkook- yang ternyata jauh lebih manusiawi dari pada lo. Iya, gue brengsek karena malam itu gue tidur sama orang lain di saat gue masih berstatus pacar lo. Gue tau gue salah. Tapi sekali lagi; gue ga nyesal sedikitpun. Hari itu gue nemuin sumber bahagia yang pantes gue dapetin selama ini. Sumber bahagia yang ga pernah gue dapat dari lo. Caranya salah? It’s totally okay, gue sama Jungkook will try to find some ways to erase the guilts.”
Jimin lalu kembali menarik wajah Taehyung yang menunduk tak menatapnya hingga ia dapat melihat amarah yang tadinya ada di sorot matanya itu kini perlahan mereda, “Dan rasa sakit itu semua justru lo tambah dengan manggil gue, mantan lo sendiri dengan panggilan‘little slut?’”
Jimin lalu berdiri, menengok ke bawah dan menikmati pemandangan sosok lelaki yang beberapa pekan lalu masih berstatus kekasihnya itu kini berlutut tak berdaya di hadapannya.
Satu tamparan keras kembali didapat Taehyung di wajahnya, namun kali ini bukan dari Jeon Jungkook. Jimin kali ini menjadi yang pertama menyerangnya, tak terlihat raut bersalah dari wajah cantik Jimin yang ekspresinya sulit untuk digambarkan. Jungkook bergerak refleks untuk mendekat, namun tak sama sekali menahan tubuh kekasihnya.
“Gue bisa aja ngehajar lo sepuas yang gue mau, tapi bukan kabar kematian lo yang mau gue bawa keluar dari sini.” Jimin lalu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari dalam saku jas miliknya dan mengelap tangannya yang terkena darah Taehyung, “Back on your knees, and apologize to me.”
Jungkook luar biasa terkesima dengan bagaimana cara Jimin menghadapi sumber sakitnya. Jimin yang selalu ingin ia lindungi di bawah kuasanya itu ternyata mampu dengan kalimat sederhana, membuat Taehyung kembali pada posisinya- berlutut di hadapan Jimin tanpa bersuara. Jungkook ingin sekali menarik tubuh kekasihnya, memeluk dan menciumnya lama untuk memberikan afeksi luar biasa pada sosok Jimin yang ternyata jauh lebih berani dari yang ia bayangkan, namun sekarang bukanlah waktunya. Ia ternyata memiliki keinginan yang sama seperti Jimin ketika berniat datang kemari; permintaan maaf dari Kim Taehyung.”
“Apologize.”
“M-maaf…” bisik Taehyung dengan suaranya yang lirih, “I’m so s-sorry for e-everything, Jimin…”
“Ga jelas.” tukas Jimin tegas.
“Aku minta maaf…” ulang Taehyung pada Jimin dengan suara yang lebih jelas, “Aku minta maaf, for everything I’ve done, for every mistake, for every betrayal, and all the bad things that ever happened to you while you’re with me- I’m sorry…”
“Aku tau, kelakuanku mungkin jauh lebih parah dari sekedar bajingan. Dan udah pasti kamu juga gak akan mudah buat maafin, but s-sorry… Aku tau aku salah…”
“You know you did wrong but you still doing it anyway. Ga jera sama sekali, dari cuma sekali, sampe akhirnya gue tau semua kebusukan lo. Jangan pernah mikir kalo gue bego, Taehyung. Now you know who I am and what I’m capable of. Mudah bagi gue buat nge-track jejak lo, sejauh Jerman ataupun sedekat Seoul.”
Jimin berani bersumpah jika ekspresi penuh kengerian yang kini ditampakkan oleh mantan kekasihnya itu adalah bukti bahwa diriny menang telak. Ia tak lagi melihat sisi arogan Taehyung yang tadi. Semuanya berganti dalam sekejap mata.
“Lo pikir gue ga akan bisa nemuin manusia bernama Lee Minhyun yang lo sembunyiin di Jerman bersamaan dengan dua unit rumah yang lo beli di sana pake duit hasil nipu? Atau soal Wonwoo yang juga ternyata ga tau kalo selama ini lo ngasih makan dia pake uang haram?”, tanya Jimin dengan suaranya yang lembut tapi entah mengapa mampu membuat sekujur tubuh Taehyung merinding tanpa henti, “No, Tae. You messed with a wrong person.”
“J-ji…”
Jimin lalu berdiri tegak, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan berdiri di hadapan Taehyung yang kini memohon belas kasihnya, “Gimana? Udah cukup sakit? If it doesn’t burn a little, then what’s the point of playing with fire?”, Jimin menyeringai kecil kala menatap Taehyung yang terlihat menyedihkan lalu kembali berucap, “No, I won’t forgive you. And like what Jungkook said, you’ll never live in peace, Kim Taehyung.”