Tak ada yang tahu semuanya mulai dari mana, siapa yang pertama, maupun siapa yang kini menjadi yang paling berkuasa. Satu dari mereka sudah jelas menjadi yang pertama dengan pihak satu yang tak mengetahui apa-apa. Entah kurang jelas, atau memang berusaha menampik rasa yang ada. Dinamika hubungan dua manusia bernama Jimin dan Jungkook itu dirasa kentara, namun keduanya kerap kali memunculkan tanya.
Pikirannya kembali di masa awal ketika ia dengan secara gamblang menunjukkan bagaimana perasaannya, hingga lelaki yang termuda di antara mereka itu tak lagi malu menunjukkan rasa. Senyumnya terlukis indah di paras menawan yang tentu membuat jutaan umat manusia iri, ketika memorinya mengingat jelas kala lelaki bergigi kelinci itu resmi menjadi kekasihnya. Banyak hal yang tadinya terlihat aneh dan tak wajar, namun semua terasa benar ketika mereka berbagi rasa hangat yang sama.
Sama seperti kala itu; saat Jimin dengan rengekan lucunya meminta Jungkook untuk menemaninya menonton film romansa favoritnya. Jungkook yang tak begitu tertarik, pada akhirnya mengalah, menuruti kemauan kekasihnya yang entah sudah berapa kali menonton karya yang sama. Tiap bait kata, tiap momen yang membuat senyum lelaki cantik itu merekah, tiap laju debaran jantungnya mulai tak terarah ketika netranya menangkap senyuman paling indah terpatri jelas di wajah lelaki yang bersandar pada tubuhnya- mencari rasa hangat yang akan selalu Jungkook sediakan untuknya.
“Kamu bosan ga sih? Nonton ini terus sama aku?” tanya Jimin pada Jungkook saat film The Notebook favoritnya berakhir, “We can watch your favorites on our next movie session.”
Jimin selalu begitu, menjadi pihak yang juga ingin mengerti mau dari lelakinya. Jimin paham apa yang Jungkook sukai- mungkin jauh lebih paham dari para anggota lain yang tentu saja tak memiliki rasa berlebih seperti keduanya.
“Ngga apa-apa, Hyung. I’m starting to find comfort in this movie as much as you found it years ago.” Pelukan pada tubuhnya mengerat serta puncak kepalanya mendapat satu kecupan hangat dari bibir manis yang tak pernah henti memujanya, “Mau nonton apa lagi? Masih jam sepuluh, belum mau tidur kan?”
Jungkook tahu Jimin kini tengah tersenyum meski ia tak dapat melihatnya. Jimin lalu menyampirkan kedua tangannya ke pinggang Jungkook, memeluk hangat tubuh lelaki tampan itu dan berbisik, “Belum, masih belum ngantuk. Kita nonton Like Crazy, ya?”
Jimin dapat mengingat jelas memori ketika ia dan keenam anggota grupnya merekam 2022 BTS Festa. Kala itu, mereka sibuk mendebatkan soal makanan, musik, dan berakhir dengan air mata yang jatuh karena pada akhirnya mereka dapat menyuarakan isi hati terdalam mereka sebagai manusia. Sebelumnya, Jimin ingat bahwa ia sempat menjadi subjek perbincangan kala ia mengambilkan dan memberikan makanan kepada Hoseok yang duduk di sebelahnya. Ia mendapat pujian bertubi-tubi atas sikap manisnya, hingga Yoongi tak tahan untuk membuka topik baru di atas namanya.
“Jimin is working on a song?” ucap Yoongi tiba-tiba di tengah sesi makan mereka. Jungkook yang duduk tak jauh dari Yoongi itu lalu memalingkan wajahnya untuk menatap Yoongi, mendengarkan lelaki itu membicarakan Jimin di hadapannya, “He asked me to feature in one.”
Jungkook tak menimpali. Ia hanya sibuk mendengarkan sambil mengunyah habis makanan di mulutnya. Tak ingin menggubris setiap perkataan yang dibicarakan oleh hyung-nya, ia memilih untuk menyantap makanan lezat di hadapannya.
Hingga pada akhirnya rungunya menangkap jelas kala Yoongi berucap, “I listened to a part of Jimin’s song”. Kedua matanya yang tadinya terfokus pada makanan di hadapannya, kini kembali menatap Yoongi.
“I heard all of it.” timpal Hoseok kemudian.
Jimin lalu memberi isyarat pada lelaki itu bahwa lagu yang didengarnya adalah lagu yang berbeda dengan yang telah didengar oleh Yoongi.
“Why you didn’t play them for me yet?”
Jimin terkejut bukan main. Ia tak mampu menjawab pertanyaan dari Jungkook yang menyerangnya tiba-tiba, “Oh- Aku bisa memainkannya untuk kalian semua, tapi — “
“I’m so upset.” Jungkook memotong kalimatnya.
“Hoseok itu selalu jadi yang nomor satu bagi Jimin,” timpal Namjoon kepada Jungkook kemudian- membela Jimin- yang membuat Jimin juga Hoseok bereaksi melalui tawa dan isyarat tangan yang menampik ucapan pemimpin mereka itu, “You have to understand that. We’re all second to Hoseok.”
“I’m so upset.” ucap Jungkook lagi.
Jimin tahu Jungkook tak sedang bercanda meski suasana di dalam ruangan itu ceria. Jungkook tak memperlihatkan senyuman di wajahnya, dan kalaupun lelaki itu tersenyum, Jimin tahu bahwa ia sedang dalam bahaya.
Jungkook mengungkapkan kekesalannya sebanyak empat kali. Dan Jimin tahu meskipun pada akhirnya lelaki itu tertawa, Jungkook benar-benar merasa tak terima bahwa ia tak mendengar lagu yang tengah digarap kekasihnya sementara member lain sudah mendengarnya. Kekasihnya itu merasa cemburu. Jimin lalu mendapat pembelaan dari Yoongi juga Namjoon yang menjelaskan bahwa Jimin tak memberi tahu semua karena ia merasa malu.
“Go on! Say you’re sorry.” titah Jungkook kemudian.
Tak ingin memperburuk suasana, Jimin lalu dengan cepat mengabulkannya, “I- I’m sorry!”
Acara makan malam santai nan hangat itu lalu berlangsung tanpa ada lagi hal yang memicu rasa cemburu ataupun kekesalan Jungkook terhadap kekasihnya. Jungkook bahkan sempat menuruti permintaan kekasihnya untuk melakukan toast dengan kalimat ‘Apo Bangpo’ sebagai penutupnya.
“Sekarang inget kan?” tanya Jimin pada Jungkook kala kedua lelaki itu tengah duduk bersebelahan dengan satu tangan Jungkook yang melingkari pundaknya setelah menyelesaikan sesi makan malam bersama Jimin yang baru saja menyelesaikan jadwal kerjanya, “Dulu kamu tuh ngambek, kesel gara-gara aku ga ngasih tau soal laguku sampe baru mau masuk kamar kalo aku udah tidur. Two nights in a row without our pillowtalk session, ya walaupun kamu tetep meluk aku pas tidur…”
Jungkook hanya bisa tersenyum malu, menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal- salah tingkah karena Jimin mengingat jelas runtutan kejadian yang terjadi sepuluh bulan yang lalu.
“Gimana aku mau ngasih tau kamu, kalo lagunya tentang kamu — tentang kita, Kook?” tanya Jimin pelan dengan senyuman hangat yang tak lepas dari wajahnya
“I’m just clumsy,” jawab Jungkook sambil menyanyikan lagu milik Jimin dengan setengah berbisik, “I know that it’s obvious, but I’ll deliver these words so they’re not taken lightly…”
Jimin total tersipu, tak menyangka bahwa Jungkook akan menggodanya dengan lagu yang miliknya sendiri. Entah mengapa semuanya menjadi jauh lebih indah ketika Jungkook akhirnya tahu apa yang ia rahasiakan.
“It somehow reminds me of our legendary ‘Euphoria’ moment when you sang the background vocals for me in ‘Love Yourself: Speak Yourself’ tour at Metlife Stadium.” ucap Jungkook tiba-tiba di tengah pelukan hangatnya.
Jimin tersenyum kecil lalu menjawab, “When you shouted ‘Thank you for that, Jimin-ah’ because I sang the ‘ Yeah-yeah, hey-yeah, yeah yeah’ part?”
“Exactly.” jawab Jungkook dengan bangga, “You sang them very well, it was perfect.”
“Glad that you liked it though.”
“Liked?” Jungkook sedikit meninggikan suaranya dengan intonasi bertanya, “I love it very much, Sir. Thank you for your angelic voice.”
“I’ll always cherish them, those moments that filled what’s between you and me…”
Kedua anak adam itu lalu tertawa bersama ketika mengingat semua kenangan manis yang terpatri jelas dalam memori keduanya. Jimin kini kembali pada posisi ternyamannya; di rumah, duduk santai sambil memeluk pinggang ramping Jungkook dengan kedua tangannya, dan satu sisi wajahnya yang menempel pada dada kekasihnya, mendengar suara detak jantung lelaki tampan yang dicintainya teramat sangat.
“Congratulations, sayang.” bisik Jungkook sebelum menghadiahi Jimin dengan satu ciuman hangat yang lama di keningnya, “You deserve it all.”
“Aku ga nyangka bisa menang…”
“Of course, you’ll win, Hyung. You’re the best among them all.” ucap Jungkook bersemangat.
“Ya, kamu ngomong gitu karena kamu pacarku kan?”
Puncak hidung Jimin kini menjadi sasaran jemari jahil Jungkook untuk ia cubit pelan, “Ngga jadi pacar juga, you’re still the best in my eyes.”
Jimin tahu Jungkook tengah berkata jujur. Ia tahu suaranya selalu menjadi favorit lelaki bermata bambi itu.
“Stop saying that, I’m embarassed.” Jimin menutupi wajahnya dengan menyurukkan wajah cantiknya pada dada Jungkook.
“Iya, ngga apa-apa kalo malu. You’re still number one for me.”
Seisi relung hatinya menghangat. Tak lagi ada ruang kecil yang dingin tanpa terisi cinta dari kekasihnya. Jimin bersyukur perasaannya berbalas dengan sama besarnya. Jungkook tak pernah absen untuk sekedar membisikkan kalimat ‘I love you, Jimin-ah’ meski ia terlelap. Jimin tahu Jungkook mencintainya teramat sangat.
“Terus, tadi subuh nge-live, gitaran begitu maksudnya apa?”
“Spilled the tea.” ucap Jungkook santai sambil tertawa kecil, “But of course, they haven’t found out yet until the hidden track is released.”
“Sengaja ngegoda semua orang? Dasar genit!” satu tepukan ringan dari telapak tangan Jimin mendarat di perut kekasihnya.
“Ngegoda gimana sih? Kurang loud apa lagi aku bilang kalo we’re together?”
“Maksudnya?” tanya Jimin dengan nada bingung, tak mengerti maksud ucapan Jungkook.
“Hm, kamu belum denger ya aku main gitar pake lagu apa?” tanya Jungkook pada Jimin dan dijawab dengan anggukan kepala sang kekasih.
Jungkook lalu mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi tempat ia melakukan siaran langsung subuh tadi dan membuka video rekamannya, mengarahkan Jimin pada saat dirinya memainkan gitar.
“Jungkook!” ucap Jimin setengah berteriak pada kekasihnya. Kedua bilah bibirnya tak mampu mengatup karena terkejut mengetahui bahwa lelaki itu memainkan gitar dengan lagu ‘Letter’ yang menjadi hidden track di albumnya. Lagu yang juga diisi suara Jungkook sebagai background vocals-nya.
“Shush… Now they know.” bisik Jungkook sembari mengelus pelan punggung Jimin dengan telapak tangannya yang hangat, menenangkannya.
“Don’t worry, just stay by my side. We don’t know what tomorrow holds. Though it’s scary, though we’re afraid, never forget that we’re together…”
Jungkook kembali menyanyikan bait indah dari lagu milik kekasihnya dengan suaranya yang candu, membuat seisi tubuh Jimin kembali dihinggapi ribuan kupu-kupu yang enggan berpindah. Jungkook kembali membuatnya jatuh cinta dengan hebatnya.
Ia lalu mengangkat wajahnya untuk menatap paras tampan lelaki yang selalu menjadi sumber semangatnya, memajukan wajahnya hingga bibir miliknya menyentuh satu sisi wajah Jungkook, kemudian berpindah ke sisi yang lain. Jungkook yang tersipu itu lalu membalas tindakannya, mengeratkan pelukannya hingga tubuh Jimin menempel tanpa jarak dengan tubuhnya lalu melabuhkan ciuman hangat pada bibir ranum milik Jimin, menciumnya penuh rasa sayang.
“I know that it’s obvious, but I’ll deliver these words so they’re not taken lightly…” Jungkook kembali menyanyikan lagu itu di telinga Jimin saat tautan bibir keduanya terlepas sesaat lalu mengucap mantra favoritnya, “I love you, Jimin-ah. Like Crazy.”
fin.