Suara gelegar musik yang menusuk telinga itu terdengar jelas meski dari jarak yang lumayan jauh dari tempat konser Eijaz diselenggarakan, pertanda bahwa pertunjukan itu sudah dimulai. Eijaz datang tepat waktu, dua jam sebelum konser dimulai dengan keadaan diri yang sudah siap untuk memulai hari besar yang ditunggu. Meski ia harus menghadapi omelan dari sang manager, ia tetap bisa menetralkan kekesalan Hugo dengan cepat.
Seperti yang sudah diduga, Eijaz memulai konsernya dengan perasaan senang sebab ia sudah menuntaskan rasa gelisahnya terhadap sang kekasih yang juga tengah berlaga di hari yang sama. Ia yang dengan nekat pergi tanpa sepengetahuan siapapun, kini kembali dengan rona bahagia yang terpatri jelas di paras indahnya.
Ya. Ghaffar adalah penyebab semuanya. Meski harus kembali dipisahkan jarak untuk sementara, hati Eijaz tak merasa berat karena ia tahu Ghaffar mendukungnya dari sana.
“Thank you for coming today, Jazziest!” teriak Eijaz kepada para penggemarnya yang ada di sana, melambaikan kedua tangannya di udara, dan mengirimkan flying kiss kepada semua orang, “So the next song is my favorite one. Can you guess the tittle?” tanya Eijaz sambil membawa tangannya ke telinga, membuka ear-plug yang dipakainya untuk memberi isyarat agar pertanyaannya dijawab oleh para Jazziest.
“With You!” teriakan serentak dari para Jazziest terdengar jelas pada rungu Eijaz. Sang penyanyi pun tersenyum puas dengan jawaban yang sama persis dengan maksudnya.
“You’re indeed My Jazziest!” teriak Eijaz sebelum musik yang mengalun indah dimulai.
I wanna be with you
And I wanna stay with you
Just like the stars shining bright
You’re glowing once moreRight here beside you
I’m still walking wherever you go
You will live forever in me
Breathing deeply, within me
Eijaz tak perlu banyak usaha untuk mendapatkan atensi ribuan manusia di hadapannya. Hanya berdiri di tengah panggung sambil memegang mic kesayangannya, mendengarkan seluruh penonton ikut larut dalam lagu-lagu yang dinyanyikannya itu membuat kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman indah yang membuat manik sabitnya terlihat jelas di sana.
Just take it all
I’m nothing without your love
I promise I’ll never leave your love
My heart is beating ’cause of youForever and ever and ever
Only you can take my heart
Dear my love, love, love
I wanna stay with you
Eijaz selalu menikmati bagaimana jalannya sebuah konser. Panggung demi panggung ia taklukkan sejak usia belianya. Musik merupakan hal yang selalu dapat menenangkannya, hingga ia sadar bahwa jiwanya memang berada di sana. Rasa haru dengan cepat mengisi tiap sisi relung hatinya mengingat apa yang sudah ia lewati bertahun-tahun lamanya. Menghibur jutaan manusia yang rela menghabiskan waktu demi mendengar suaranya.
Memories are always in this room that called the heart
It’s full of stories with youI don’t know when it all began but
I want to tell you, all my stories
Eijaz selalu mencintai dirinya- yang mencintai musik tanpa kenal waktu dan usia. Ia hidup dengan musiknya, ia hidup bersama musiknya.
Just take it all
I’m nothing without your love
I promise I’ll never leave your love
My heart is beating ’cause of youForever and ever and ever
Only you can take my heart
Dear my love love love
I wanna stayTore my heart
Now I’m in the dark
Will we meet in our dreamsBreaking my heart
Here we are apart
I wanna stay near you
Suara teriakan para Jazziest kembali terdengar pada telinganya yang dengan sekejap mata langsung menghantarkan rasa hangat di dalam hatinya. Jantungnya kini berdegup kencang setelah menyelesaikan lagu favoritnya tanpa kendala. Suaranya sempurna, tak ada cela sedikitpun. Eijaz lalu memberi kode kepada stage crew yang ada di sisi panggung, menganggukkan kepalanya pelan dan kembali menatap para Jazziest yang masih sibuk meneriakkan namanya tanpa kenal lelah.
“You guys are amazing, I can’t keep up with y’all!” ucap Eijaz seraya melangkah maju untuk mendekat kepada para penggemarnya. “You guys are always amazing.” Eijaz mengangkat kedua tangannya dan mengacungkan dua ibu jarinya yang mungil. Ia lalu menepukkan kedua tangannya, memberi semangat kepada semua orang yang mendukungnya.
“The show must go on, we have some songs to sing soon- but I have something to tell you all today.” tutur Eijaz tiba-tiba. Ia dapat merasakan seluruh Jazziest menyuarakan praduga masing-masing, tak tahu harus bereaksi apa. Jantungnya lalu berdebar hebat, hingga ia perlu beberapa detik untuk menenangkan diri.
“As you all know, ‘With You’ is the song I wrote some time ago, based on my personal story. ‘With You’ is an extraordinary song that I wrote, and I sing it in front of you guys for months, and luckily it soon became your favorite too. It’s a song that contained a promise that I’ll never leave you despite all of the things that dragged me down until today.” ucap Eijaz dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya, menatap bangga pada Jazziest yang mendengarkannya dengan seksama.
“Dan seperti yang kalian ketahui juga, aku udah menghabiskan banyak waktuku untuk musik yang memang aku cintai sejak kecil. My comfort zone whenever I need to go. Music is my blood, sweat, and tears. Music is my soul- but I’ve lost something in life when I do my music…”
“I got my fame, my name, my money, relatives, friends, and even a family like you all- Jazziest, through my music. But, there’s a big hole left open in my heart; the time I spent enjoying my life is nothing compared to the time I spend on my music…” senyuman sedih tergambar jelas di wajah Eijaz yang pada akhirnya berani menyuarakan diri, diikuti dengan suara penggemarnya yang terdengar ikut sedih bersamanya.
“I was born into a beautiful family, and I was the only child of my loving parents. Orangtuaku sudah nyaris satu dekade tinggal di Bergen, Norwegia- dan I haven’t see them in almost two years. I miss them, a lot. Walaupun mereka ga pernah protes, tapi aku tau mereka juga pasti pengen bangun pagi sambil nyiapin sarapan buat aku. The guilt still haunts me most of the time, and I’ve never made any decisions about it because I don’t want to disappoint all of you.” ucap Eijaz jujur dengan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk matanya, “But what’s the point of happiness if I don’t feel completely happy with my own life, right?”
Air matanya jatuh tanpa peringatan. Eijaz tahu ia tak akan mampu menguasai diri begitu ia dengan lantang menyuarakan isi hatinya di depan semua orang yang mendukungnya hingga hari ini. Ia juga dapat melihat para penggemarnya terisak dan bercucuran air mata, namun ia tak punya kuasa untuk meminta semuanya berhenti menangis karena tak dipungkiri, rasa sedih juga berkecamuk hebat di dalam dirinya.
“Today is the day I finally can safely say- that I’ll come back later. To see you all later, after I fulfilling my own self with the happiness that I’ve been missing for a long time. Today is my last- proper concert to see all of you from this stage. I want to live my life as an ordinary Eijaz Javas Arsalan too. I want to simply enjoy my morning in peace, with the birds chirping, and the wind blowing to my skin. I want to know how it feels like when the wave touches my skin without worry. So, Jazziezt, please- please allow me to be happy too. Allow me to live my life too, to love my life too. And soon after, we’ll see each other with happy hearts. Would you allow me?” Dengan suara seraknya Eijaz meminta izin kepada para penggemarnya.
Meski ia tahu jika pengumumannya yang tiba-tiba itu akan menyakitkan bagi banyak orang, Eijaz lebih tahu bahwa ia harus peduli terhadap dirinya dulu. Suara teriakan para penggemarnya yang secara serentak mengizinkannya itu membuat dirinya nyaris kehilangan keseimbangan hingga tubuh mungil itu meringkuk sambil memeluk lututnya sendiri, menangis haru bersama para penggemarnya.
Ia tak tahu jika berpamitan akan membuat dirinya pun ikut terluka, namun lagi, ia tahu apa yang ia mau dan ia butuhkan. Ia ingin menikmati hidupnya yang sudah terlalu lama ia biarkan sibuk dengan pekerjaan. Eijaz tahu bahwa ia harus memanusiakan dirinya sendiri. Meski berat, ia yakin suatu saat nanti ia akan bersyukur dan bangga atas keputusannya hari ini.